Nama sebenarnya Jepi. Tapi teman-teman selalu memanggilnya Jepi pengamen. Kenapa? Karena, tak ada satu pengamen pun yang dia tolak.
Pulang kerja, biasa, kami suka ramai-ramai makan bareng. Tidak tiap hari sih. Tapi, minimal seminggu sekali.
Di kota kami, banyak sekali tempat kuliner malam. Kami pun suka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Begitu dapat info tempat kuliner malam yang enak tapi murah meriah, kami pasti mencobanya. Pernah kami makan malam di warung yang terletak di kawasan tugu peringatan. Pernah juga mencicipi hidangan ikan yang lezat di sebuah warung ternama di sebuah jalan samping pusat perbelanjaan di kawasan kota sebelah Timur. Tak ketinggalan, olahan daging lezat di warung dekat taman kota, pernah kami lahap.
Nah, selain berbagai kuliner yang enak murah meriah itu, ada satu hal menarik dari Jepi. Tiap kami makan, jika ada pengamen datang mendekat, Jepi selalu memberinya uang setelah pengamen itu selesai bernyanyi. Pun kalau ada pengamen lain, Jepi tak pernah menolaknya. Jepi sudah menyiapkan uang receh untuk para pengamen jika pergi makan malam di warung-warung itu.
“Kenapa kamu selalu memberi uang pada para pengamen? Kenapa kamu tidak menolaknya? Apalagi kalau lebih dari satu,” tanyaku pada Jepi karena penasaran.
“Sederhana saja. Mereka mengamen untuk mendapat uang. Dan uang itu mereka pakai untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Kita bersyukur, punya pekerjaan dan gaji yang lebih dari cukup. Aku hanya mencoba untuk berbagi,” jawab Jepi.
“Terus kalau para pengamen itu terlena karena selalu dapat uang dari mengamen dan tidak mau mencari pekerjaan yang layak, gimana?” tanyaku lagi.
“Aku tidak mau berpikir terlalu berat dan terlalu jauh. Niatku berbagi. Kalau masalah para pengamen itu tidak mau mencari pekerjaan yang layak, ya kita doakan saja agar mereka lekas memperbaiki sikap,” jawab Jepi diplomatis.
Berbagi itu perlu, tanpa harus berpikir yang berat.
Pulang kerja, biasa, kami suka ramai-ramai makan bareng. Tidak tiap hari sih. Tapi, minimal seminggu sekali.
Di kota kami, banyak sekali tempat kuliner malam. Kami pun suka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Begitu dapat info tempat kuliner malam yang enak tapi murah meriah, kami pasti mencobanya. Pernah kami makan malam di warung yang terletak di kawasan tugu peringatan. Pernah juga mencicipi hidangan ikan yang lezat di sebuah warung ternama di sebuah jalan samping pusat perbelanjaan di kawasan kota sebelah Timur. Tak ketinggalan, olahan daging lezat di warung dekat taman kota, pernah kami lahap.
Nah, selain berbagai kuliner yang enak murah meriah itu, ada satu hal menarik dari Jepi. Tiap kami makan, jika ada pengamen datang mendekat, Jepi selalu memberinya uang setelah pengamen itu selesai bernyanyi. Pun kalau ada pengamen lain, Jepi tak pernah menolaknya. Jepi sudah menyiapkan uang receh untuk para pengamen jika pergi makan malam di warung-warung itu.
“Kenapa kamu selalu memberi uang pada para pengamen? Kenapa kamu tidak menolaknya? Apalagi kalau lebih dari satu,” tanyaku pada Jepi karena penasaran.
“Sederhana saja. Mereka mengamen untuk mendapat uang. Dan uang itu mereka pakai untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Kita bersyukur, punya pekerjaan dan gaji yang lebih dari cukup. Aku hanya mencoba untuk berbagi,” jawab Jepi.
“Terus kalau para pengamen itu terlena karena selalu dapat uang dari mengamen dan tidak mau mencari pekerjaan yang layak, gimana?” tanyaku lagi.
“Aku tidak mau berpikir terlalu berat dan terlalu jauh. Niatku berbagi. Kalau masalah para pengamen itu tidak mau mencari pekerjaan yang layak, ya kita doakan saja agar mereka lekas memperbaiki sikap,” jawab Jepi diplomatis.
Berbagi itu perlu, tanpa harus berpikir yang berat.
0 komentar "Pengamen | Ferdhika Blog", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar sesuai topik..
no sara,spam,and junk.. :)